Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat
A. Prasangka, Diskriminasi, dan
Etnosentrisme
I.
Prasangka
Prasangka (prejudice)
diaratikan suatu anggapan terhadap sesuatu dari seseorang bahwa sesuatu itu
buruk dengan tanpa kritik terlebih dahulu. Baha arab menyebutnya “sukhudzon”.
Orang, secara serta merta tanpa timbabang-timbang lagi bahwa sesuatu itu buruk.
Dan disisi lain bahasa arab “khusudzon” yaitu anggapan baik terhadap sesuatu.
II.
Diskriminasi
Prasangka (prejudice) diaratikan suatu anggapan
terhadap sesuatu dari seseorang bahwa sesuatu itu buruk dengan tanpa kritik
terlebih dahulu. Baha arab menyebutnya “sukhudzon”. Orang, secara serta merta
tanpa timbabang-timbang lagi bahwa sesuatu itu buruk. Dan disisi lain bahasa
arab “khusudzon” yaitu anggapan baik terhadap sesuatu.
Diskriminasi dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Diskriminasi
langsung : terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas
menyebutkan karakteristik
tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya
peluang yang sama.
2) Diskriminasi
tidak langsung : terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi
diskriminatif saat diterapkan di lapangan.
Perbedaan
dari Prasangka dan Diskriminasi
Prasangka menunjukkan pada aspek sikap sedangkan
diskriminasi pada tindakan. Menurut Morgan (1966) sikap adalah kecenderungan
untuk merespon baik secara positif atau negarif terhadap orang, obyek atau
situasi. Sikap seseorang baru diketahui setelah ia bertindak atau beringkah laku.
Sikap negatif disebut juga prasangka, walaupun sikap
prasangka juga bisa bersifat positif dalam kondisi tertentu. Dalam pengertian
ini, sikap prasangka lebih cendrung ke arah negatif karena pengaruh dari faktor
lingkungan, sikap dan ego yang tinggi, serta mudah terprovokasi dengan orang
lain tanpa ada bukti yang jelas, dan hanya bisa berprasangka dengan orang lain.
Seseorang yang mempunyai prasangka rasial, biasanya
bertindak diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya, akan tetapi seseorang
bertindak diskriminatif tanpa berlatar belakang pada suatu prasangka. Sikap
berprasangka jelas tidak adil, karena sikap yang diambil hanya berdasarkan pada pengalaman atau apa yang didengar.
Apabila muncul sikap berprasangka dan diskriminatif terhadap kelompok sosial
lain, maka akan terjaadi pertenangan
sosial yang lebih luas yang akan berdampak buruk bagi lingkungan sekitar dan
kerugian yang cukup besar dalam berbagai aspek.
Perbedaan
Kepentingan
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang
berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau
kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat
melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
Perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan
kelompok lainnya akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat
perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi,
sosial, dan budaya.
Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara
kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan
pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para
buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan
pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta
volume usaha mereka.
III.
Etnosentrisme
Etnosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang
menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagaai sesuatu
yang prima, terbaik, mutlak dan diepergunakan sebagai tolok ukur untuk menilai
dan membedakannya dengan kebudayaan lain.
Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar
untuk menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolok ukur
kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi
nampak canggung, tidak luwes.
Setiap suku bangsa atau ras tertentu memiliki ciri
khas kebudayaan yang berbeda dan sekaligus menjadi kebanggaan mereka. Suku
bangsa ras tersebut cendrung menganggap kebudayaan mereka sebagai salah satu prima, riil, logis,
sesuai dengan kodrat alam dan sebagainya. Segala yang berbeda dengan kebudayaan
yang mereka miliki, dipandang sebagai, dipandang sebagai suatu yang kurang baik, kurang
estetis, dan bertentang dengan kodratnya.
B. Pertentangan Sosial dan Ketegangan
Dalam Masyarakat
Konflik merupakan
suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang
sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat
terjadi paa lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepada lingkungan
yang luas yaitu masyarakat.
Dasar konflik berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar
yang merupakan cirri-ciri dari situasi konflik yaitu :
1) Terdapatnya
dua atau lebih unit-unit atau baigan-bagianyang terlibat di dalam konflik
2) Unti-unit
tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan,
tujuan-tujuan, masalah-masalah,
nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-gagasan
3) Terdapatnya
interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut.
Adapun cara-cara pemecahan konflik tersebut adalah :
1) Elimination;
yaitu pengunduran diri salah satu pihak
yang telibat dalam konflik yang diungkapkan dengan : kami mengalah, kami
mendongkol, kami keluar, kami membentuk kelompok kami sendiri
2) Subjugation
atau domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat
memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya
3) Mjority
Rule artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan menentukan
keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4) Minority
Consent; artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok minoritas
tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakan untuk melakukan
kegiatan bersama
5) Compromise;
artinya kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik berusaha mencari
dan mendapatkan jalan tengah.
6) Integration;
artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan
ditelah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi
semua pihak.
C. Golongan Yang Berbeda dan Integrasi
Sosial
Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat
majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan golongan sosial
yang dipersatukan oleh kesatuan nasional yang berwujudkan Negara Indonesia.
Masyarakat majemuk dipersatukan oleh sistem nasional yang mengintegrasikannya
melalui jaringan-jaringan pemerintahan, politik, ekonomi, dan sosial.
Aspek-aspek dari kemasyarakatan tersebut, yaitu Suku Bangsa dan Kebudayaan, Agama, Bahasa, Nasional Indonesia.
Masalah besar yang dihadapi Indonesia setelah
merdeka adalah integrasi diantara masyarakat yang majemuk.
Integrasi bukan peleburan, tetapi keserasian persatuan. Masyarakat majemuk
tetap berada pada kemajemukkannya, mereka dapat hidup serasi berdampingan (Bhineka
Tunggal Ika), berbeda-beda tetapi merupakan kesatuan. Adapun hal-hal yang
dapat menjadi penghambat dalam integrasi:
- Tuntutan
penguasaan atas wilayah-wilayah yang dianggap sebagai miliknya
- Isu
asli tidak asli, berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi antar warga
negara Indonesia asli dengan keturunan (Tionghoa,arab)
- Agama,
sentimen agama dapat digerakkan untuk mempertajam perbedaan kesukuan
- Prasangka
yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang anggota golongan
tertentu.
Integrasi Sosial adalah merupakan proses
penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat menjadi satu kesatuan. Unsur
yang berbeda tersebut meliputi perbedaan kedudukan sosial,ras, etnik, agama,
bahasa, nilai, dan norma. Syarat terjadinya integrasi sosial antara lain:
- Anggota
masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan mereka
- Masyarakat
berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma dan nilai sosial
yang dilestarikan dan dijadikan pedoman
- Nilai
dan norma berlaku lama dan tidak berubah serta dijalankan secara konsisten
Integrasi Internasional merupakan masalah yang
dialami semua negara di dunia, yang berbeda adalah bentuk permasalahan yang
dihadapinya. Menghadapi masalah integritas sebenarnya tidak memiliki kunci yang
pasti karena latar belakang masalah yang dihadapi berbeda, sehingga integrasi
diselesaikan sesuai dengan kondisi negara yang bersangkutan, dapat dengan jalan
kekerasan atau strategi politik yang lebih lunak. Beberapa masalah integrasi
internasional, antara lain:
- perbedaan
ideologi
- kondisi
masyarakat yang majemuk
- masalah
teritorial daerah yang berjarak cukup jauh
- pertumbuhan
partai politik
Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk memperkecil
atau menghilangkan kesenjangan-kesenjangan itu, antara lain:
- mempertebal
keyakinan seluruh warga Negara Indonesia terhadap Ideologi Nasional
- membuka
isolasi antar berbagai kelompok etnis dan antar daerah/pulau dengan
membangun saran komunikasi, informasi, dan transformasi
- menggali
kebudayaan daerah untuk menjadi kebudayaan nasional
- membentuk
jaringan asimilasi bagi kelompok etnis baik pribumi atau keturunan asing
D.
Integrasi
Sosial
Integrasi sosial adalah proses penyesuaian
unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan.
Unsur-unsur yang berbeda tersebut dapat meliputi perbedaan kedudukan sosial,
ras, etnik, agama, bahasa, kebiasaan, sistem nilai, dan norma.
Faktor-faktor suatu integrasi sosial
dapat berlangsung cepat atau lambat. Berikut ini faktor-faktornya:
- Homogenitas
kelompok
- Besar
kecilnya kelompok
- Mobilitas
geografis
- Efektivitas
komunikasi
Bentuk-Bentuk Integrasi Sosial
- Integrasi
Normatif
Integrasi normatif dapat diartikan sebagai bentuk
integrasi yang terjadi akibat adanya norma-norma yang berlaku di masyarakat.
- Integrasi
Fungsional
Integrasi fungsional terbentuk karena ada
fungsi-fungsi tertentu dalam masyarakat. Dengan mengedepankan fungsi dari
masing-masing pihak yang ada dalam sebuah masyarakat.
- Integrasi
koersif
Integrasi koersif terbentuk berdasarkan kekuasaan
yang dimiliki penguasa. Dalam hal ini penguasa menerapkan cara-cara koersif
(kekerasan).
Proses integrasi dapat dilihat melalui
proses-proses berikut:
- Proses
Interaksi
Proses interaksi merupakan proses paling awal untuk
membangun suatu kerja sama dengan ditandai adanya kecenderungan-kecenderungan
positif yang dapat melahirkan aktivitas bersama.
- Proses
Identifikasi
Proses interaksi dapat berlanjut menjadi proses
identifikasi manakala masing-masing pihak dapat menerima dan memahami
keberadaan pihak lain seutuhnya. Pada dasarnya, proses identifikasi adalah
proses untuk memahami sifat dan keberadaan orang lain.
- Kerjasama
(Kooperation)
Menurut Charles H Cooley mengatakan bahwa kerja sama
timbul apa bila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan
yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan
pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan
tersebut melalui kerja sama,kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang
sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama
yang berguna.
- Proses
Akomodasi
Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk
menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan,sehingga lawan
tersebut kehilangan kepribadiannya
- Proses
Asimilasi
Asimilasi merupakan suatu proses sosial dalam taraf
kelanjutan yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi
perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau
kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi
kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan
kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
- Proses
Integrasi
Proses integrasi merupakan proses penyesuaian antar
unsur masyarakat yang berbeda hingga membentuk suatu keserasian fungsi dalam
kehidupan. Dalam integrasi sosial, terdapat kesamaan pola pikir, gerak langkah,
tujuan dan orientasi serta keserasian fungsi dalam kehidupan. Adanya hal ini
dapat mewujudkan keteraturan sosial dalam masyarakat.
Syarat – syarat kebudayaan asing agar
mudah diterima
1.Tidak ada hambatan geografis, seperti daerah yang sulit di jangkau.
2. Kebudayaan yang datang memberikan manfaat yang lebih besar bila dibandingkan dengan kebudayaan yang lama..
3. Adanya persamaan dengan unsur-unsur kebudayaan lama.
4. Adanya kesiapan pengetahuan dan keterampilan tertentu.
5. Kebudayaan itu bersifat kebendaan.
Faktor-Faktor Pendorong Integrasi Sosial
- Toleransi
terhadap kelompok-kelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda.
- Kesempatan
yang seimbang dalam bidang ekonomi bagi berbagai golongan masyarakat
dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda.
- Sikap
saling menghargai orang lain dengan kebudayaannya.
- Sikap
terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.
- Persamaan
dalam unsur-unsur kebudayaan.
- Perkawinan
campuran (amalgamation).
- Adanya
musuh bersama dari luar sehingga dapat memperkuat kesatuan masyarakat atau
kelompok yang mengalami ancaman musuh tersebut.
Komentar
Posting Komentar